SELAMAT DATANG DI SEKRETARIAT BAZ KABUPATEN KUANTAN SINGINGI JL.A. YANI TALUK KUANTAN

TAUHID : Sumber Integritas Pribadi Muslim

Pernyataan “la ilaha illa Allah” adalah fakta terang benderang yang berada di pelupuk mata setiap manusia berakal. Mereka yang gagal melihat kebenaran fakta ini dinilai Allah SWT “tidak mampu mempergunakan penglihatan, pendengaran, akal dan hatinya” (7:179).

Seperi Muhammad Iqbal katakan : “menjadi mukmin –mereka yang mengambil pandangan hidup tauhid-, berarti alam semesta berada dalam genggamannya. Sebaliknya, kufur –gagal menangkap tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah SWT- berarti ia lenyap dalam alam semesta”.

Meski orang hidup, memiliki mata, telinga akal dan hati tetapi menolak menaati ajaran dan hukum Allah sesungguhnya ia telah “mati” demikian penilaian al-Qur’an, -yang diistilahkan Muhammad Iqbal “lenyap” dalam alam semesta. Sebaliknya, seorang mukmin –oleh karena meyakini kekuasaan Allah sepenuh hati- meski diterpa berbagai pahit dan getirnya kehidupan atau diuji dengan kesenangan dunia, integritas kepribadian kemuslimannya tidak pernah goyah atau luntur, seolah “alam semesta lenyap dalam dirinya”.


Ketataatan Kepada Allah :
Pembentuk Kepribadian Muslim Sejati.

Berpandangan hidup tauhid bukan sekedar mempercayai eksistensi Allah SWT tetapi juga menaati secara total ajaran dan hukum Allah SWT. Bila sekedar mempercayai eksistensi Allah, orang yang menolak hukum Allah sekalipun bila ditanyakan, siapa yang menciptakan alam semesta pasti mereka menjawab Allah. Bahkan Iblis -biang kekufuran- sangat meyakini eksistensi Allah SWT, bukankah iblis sempat berdialog dengan Allah ?. (lihat 2: 30-34, 7: 11-23) Maka, apa sebutannya bagi manusia yang kufur kepada ajaran dan hukum Allah ?

Ketaatan secara total kepada hukum Allah inilah yang akan berpengaruh kepada pembentukkan pribadi muslim sejati. Rasulullah menegaskan bahwa misi utama kerasulannya adalah memuliakan akhlak manusia. Akhlak adalah pola perilaku atau bukti kepribadian yang merupakan konsekwensi dari pola fikir dan pola sikap atau pandangan hidup yang diyakininya.

Rasulullah menegaskan : “Yang namanya iman itu adalah tambatan hati yang diekspresikan melalui lisan dan diwujudkan dalam perbuatan”. Maka bila tambatan hatinya al-Qur’an konsekwensinya secara otomatis: buah fikirnya pasti berbobot dan membawa manfaat sesuai dengan isi kandungan al-Qur’an, lisannya pasti menyejukkan dan menjadi obat bagi siapa saja seperti maksud kehadiran al-Qur’an dan perilakunya arif bijaksana sehingga kehadirannya selalu dinantikan orang kecuali oleh mereka yang menyimpan kedengkian. Kesombongan dan kedengkian merupakan dua hal yang menjadikan kekufuran iblis.

Sekarang dapat kita pahami bila menolak ajaran Allah sebagian dan hanya menerima sebagian lagi akan memiliki kepribadian yang terpecah. Fitrahnya manusia adalah cenderung pada kesucian, kebenaran dan ketaatan kepada Allah. Menolak tunduk kepada hukum Allah berarti mengingkari alamiah kemanusiaannya sendiri.


Rasulullah : The Living Qur’an

Rasulullah adalah uswatun hasanah (contoh tauladan terbaik) dari pengamalan al-Qur’an. Bahkan tatkala ditanyakan orang kepada istrinya, Siti A’isyah ra, “Bagaimana akhlak Rasulullah?” Siti A’isyah ra menjawab : Akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an. Rasulullah adalah The Living Qur’an. Adakah lisan atau perilaku beliau yang bertolak belakang dengan al-Qur’an ? Siapapun yang menyelediki secara obyektif sejaran hidup beliau, hanya akan berdecak kagum pada kepribdian Rasulullah. Mengapa integritas kepribadian Rasulullah sangat tinggi dan kuat ? Oleh karena ketaatannya kepada Allah sangat tinggi dan kuat, tidak ada manusia yang menandingi ketaatannya, padahal ia adalah manusia “kekasih” Allah.

Hamka menulis : “tanda orang yang arif bijaksana, ada tiga. Pertama : tidak banyak perkataannya yang tidak berguna. Kedua, dapat dilihat dari utusannya. Ketiga, dapat diketahui dari buah karyanya”. Seorang mukmin lisannya sibuk menyebut nama Allah (zikrullah). Zikrullah bukan sekedar melisankan asma Allah tetapi menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah hakikat zikrullah itu. Seorang mukmin akan berteman dengan orang mukmin pula. Orang mukmin memiliki concern yang kuat pada regenerasi demi kelangsungan dakwah Islam yang berarti demi kelangsungan hidup yang berkeadilan, damai dan sejahtera. Orang mukmin akan mengutus orang yang arif bijaksana, karena orang dapat menilai kualitas orang lain dari utusannya. Kehadiran orang mukmin dinantikan banyak orang karena selalu membawa manfaat. Sepanjang hidupnya dipenuhi “amal shalih” (karya yang benar dan bermanfaat) bagi ummat.

Mukmin sejati, kehadirannya menggenapkan ummat dan kepergiannya terasa mengganjilkan.