SELAMAT DATANG DI SEKRETARIAT BAZ KABUPATEN KUANTAN SINGINGI JL.A. YANI TALUK KUANTAN

Zakat Beras Pulut????

Membaca judul ini mungkin pembaca merasa aneh dan berprasangka apakah posting ini akan memunculkan hukum baru. Siapa yang tak tahu dengan beras ketan atau beras pulut yang akrab dengan kita sebagai bahan dasar penganan pencuci mulut. Apa zakat beras pulut itu???
Di kampung kita di Kabupaten Kuantan Singingi ini, mayoritas penduduknya adalah petani dan sebagiannya adalah petani peladang padi. Ketika musim panen tiba, para petani penghasil padi membawa hasil pertanian mereka itu ke rumah masing-masing, dan langsung menakar padi mereka itu apakah sampai nisab untuk berzakat.
Ukuran nisab padi yang telah mereka ketahui adalah 1.000 gantang dan dengan penuh kesadaran mereka langsung mengeluarkan zakatnya yaitu 10% dari hasil yang mereka dapatkan, karena umumnya sawah mereka adalah tadah hujan. Namun terkadang hasil yang didapatkan tidak selalu menggembirakan, kadang-kadang tidak sampai 1.000 gantang atau 1 nisab untuk berzakat. Disinilah terkadang masyarakat memfungsikan beras pulut untuk menggenapkan takaran 1.000 gantang, karena kesadaran yang tinggi dan keinginan yang kuat untuk tetap membayar zakat. Padahal sebenarnya ulama berbeda pendapat tentang beras pulut sebagai benda yang wajib dizakati, karena dianggap beras pulut itu tidak mengenyangkan.
Sebenarnya keteladanan yang harus kita ambil, bagaimana semangat dan kesadaran orang kampung dalam membayar zakat, padahal nominal rupiah yang mereka dapatkan hanya sekitar 5 juta atau 6 juta rupiah sekali mereka panen, dan panen itu dilaksanakan hanya sekali dalam setahun,
Timbul pertanyaan bagaimana dengan penghasilan-penghasilan lain yang diterima jauh lebih besar daripada penghasilan petani peladang padi di kampung kita. Berbagai macam profesi saat ini antara lain pegawai pemerintah, pegawai swasta, profesi dokter, pengacara, akuntan, kontraktor, pedagang, perkebunan skala besar dan sebagainya, yang penghasilannya jauh lebih besar daripada petani itu, kenapa terkadang sebagian kita masih enggan berzakat padahal penghasilan kita besar.
Tidakkah kita tersindir dengan orang kampung kita yang menggenapkan takaran panennya dengan beras pulut untuk tetap membayar zakat, sedangkan kita masih mencari-cari alasan untuk tidak membayar zakat, kenapa???????????